Cerbung : Tak Berjudul



Bagaimana hidup bisa terasa indah,jika kita terus berlari dari keindahan ? bagaimana hidup bisa terasa nyaman jika kita terus berlari dari kenyamanan ?  pertanyaan ini bisa dijawab dengan pertanyaan juga, seperti, Bagaimana hidup bisa terus maju jika kita merasa nyaman, merasa indah dengan apa yang sudah ada? apakah kita harus diam berdiri, menunggu keindahan yang lain datang menghampiri kita ? seperti cerita ku ini.
Aku, Zaelani Abdul Qohar, siswa dari sebuah SMK Swasta di cirebon, menengadahkan kepala, memutar mutar pulpen, memberikan otakku waktu untuk berfikir, setelah beberapa menit, tanganku langsung terjun mengarah tepat di lembar Ujian Soal UN, tak ada yang istimewa dariku, bahkan tak ada yang menganggapku istemewa, aku adalah " Si Aneh" begitu orang orang disekolah memanggilku, kenapa ? karena aku selalu bertindak tak terjadwal, dalam artian tak terkontrol, kadang kadang melakukan sesuatu yang tak pernah terpikirkan sebelumnya, padahal aku tahu bahwa itu adalah salah, dan juga aneh. dan pasti akan menjadi perhatian banyak orang, yahhh perhatian, yang aku inginkan hanyalah perhatian, entah bagaimanapun caranya aku hanya ingin diperhatikan.

Perhatian, itu yang selalu aku cari, aku ingin diperhatikan, hal yang paling aku ingat adalah ketika aku melilitkan Perban / Kasa di Kepalaku, tak lupa juga dibubuhkan Obat merah, disekolah aku ditanyai " Kepala Kamu kenapa ? " aku tersenyum puas, akhirnya aku mendapat perhatian, namun lama berselang perhatian itu hilang, tak ada lagi yang memperhatikanku, tak ada, yang  menatapun mungkin jarang. aku mulai terasing lagi, kondisi dirumah dan disekolah sekarang mulai Singkron, sama sama Sepi, dan asing.


Sifatku, yang suka mencari Sensasi, mungkin membuat sekolah Gerah, atau mungkin aku yang bernilai tidak baik, aku dinyatakan tidak Naik kelas, ini membuat seakan jantung dan denyut nadiku berhenti sejenak, tak mempercayainya, bolak balik aku membuka Raport dari Guru itu, aku tidak bisa berbuat apa apa, keputusan ini tidak bisa diganggu gugat, nilaiku tidak terlalu jelek, hanya ada beberapa mata pelajaran, yang gurunya tidak mau memberikan nilai, ada tiga mata pelajaran yang tidak diisi guru terkait. yang berhasil membuatku tidak naik Kelas.

Aku tak mengatakan kondisiku, kepada keluargaku, aku terlalu pendiam untuk mengatakan hal sebesar itu, bahkan mungkin orang yang berbicarapun, tidak akan berani dan sanggup untuk mengatakannya. namun pada akhirnya orang tuaku tau bahwa aku tidak naik kelas, mereka berdua hanya menundukan kepalanya,  Ayah menopang kepala ibu yang bersandar dibahunya, menangis.

"Kita cari sekolah lain" Ayah membuka pembicaraan, Ibu hanya mengangukan kepalanya, kondisi ini membuatku berontak,  namun tak bersuara, aku hanya mengatakannya dalam hati, tak ada yang tahu, hanya aku sendiri.

Aku merencakan untuk kabur dari rumah, semua perlengkapan dan persediaan selama acara kabu dari rumah, telah masuk kedalam tas Ransel, hanya menunggu waktu orang tuaku tertidur. tepat pukul 22.30 orang tuaku sudah tertidur lelap, meninggalkan dukanya yang harus menerima aku tidak naik kelas. dari semua hal terbodoh yang aku lakukan adalah ini. tapi aku tidak mempunyai ide yang lebih baik, aku hany bisa bertukar ide dengan pikiranku. tak ada yang mampu atau mungkin tak ada yang mau berbincang denganku, walau hanya sebatas Say hay.

Aku dan Fikiranku, semakin akrab, kadang bertukar tentang bagaimana masa depan, bagaimana tentang jodoh, ada hal lucu dan mungkin berkesan saat aku dan fikiranku beradu argument, aku mengatakan " bagaimana jika aku menikah? " kemudian Fikiranku membalas " Menikah ? dengan siapa ? mau dapat jodoh dan pasangan dari mana ? apa kamu mau menikahiku, karena selama ini aku lah yang menemanimu berbincang dan bertukar ide?" menikahi Fikiranku sendiri ? ahahahhaha aku langsung tertawa lebar, tak pernah dalam hidupku aku mengeluarkan Tawa sekeras ini. hingga membuat orang disekitar tempat aku berada sekarang, menatap heran. Fikiranku mengajakku melangkahkan kaki ke sebuah Masjid di desaku, sebagai tempat beristrirhat, sebelum melanjutkan perjalanan Kaburku ini.

Memberikan sedikit istirahat untuk mata yang sudah mulai mengantuk. memejamkannya, namun mata ini tak mau dipejamkan, beberapa menit langsung terbuka lagi, seolah ada yang dirasakan, aku menatap sekitar, tak ada seorangpun, hanya bunyi angin yang menabrak ujung bangunan atap Masjid ini. berulang kali mataku tidak bisa terpejam lama, dan berulang kali itu juga aku memperhatikan sekitarku. angin dingin membawaku merasakan suasana mencekam, beberapa suara aneh, mulai ramai ramai berbunyian. dari suara pintu yang terbuka, suara langkah kaki, dan suara suara aneh lainnya.


Bersambung .............

Ke Part Selanjutnya 



Tidak ada komentar untuk "Cerbung : Tak Berjudul"